Jumat, 06 Mei 2011

Esai


Rokok, Tantangan atau Sebuah Keuntungan
                                                Oleh: Siti Jamaliah
Bagi sebagian orang, rokok merupakan bagian dari pengisi kehidupan. Terutama perokok, sebagian besar mereka beranggapan bahwa rokok adalah kebutuhan pokok, bahkan lebih penting dari pada makanan berkarbohidrat tertinggi sekalipun (baca: nasi). Mereka rela menyisihkan paling tidak dua puluh persen dari pendapatan harian mereka untuk rokok, bahkan  mereka rela tidak makan demi membeli rokok. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005-2006,  sekitar 78,8 persen kepala keluarga miskin di perkotaan adalah perokok. Dan ternyata disebutkan bahwa pengeluaran mingguan mereka untuk rokok adalah lebih besar yakni 22 persen daripada pengeluaran mereka untuk membeli beras yang hanya 19 persen (sumber : Kompas)
Mereka juga beranggapan bahwa rokok adalah obat untuk menenangkan pikiran.
Banyaknya pabrik rokok di Indonesia, dirasa menjadi penopang ekonomi paling berpengaruh. Satu pabrik rokok saja dapat menghasilkan devisa negara yang sangat besar, apalagi sekarang ada banyak pabrik rokok. Selain penghasil devisa keberadaan pabrik rokok juga menyelamatkan ribuan penduduk (buruh pabrik rokok, terutama daerah Kudus) dari masalah pengangguran. Keuntungan keberadaan pabrik rokok yang lain bagi perekonomian Indonesia  yang juga berimbas pada pembangunan pendidikan adalah banyaknya beasiswa yang diberikan bagi anak – anak tidak mampu atau atlet – atlet olahraga yang luput dari perhatian instansi lain.
Di sisi lain, masyarakat anti rokok bersikukuh bahwa rokok merupakan masalah yang sangat urgents untuk diselesaikan. Mereka menunjukan fakta – fakta bahwa asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan, ditambah lagi rokok juga dapat meruak  perilaku dan mental seseorang. Dalam sebuah situs blog tentang rokok dikatakan bahwa rokok menimbulkan bahaya yang sangat merusak kesehatan. Rokok mengandung 4000 racun yang diantaranya adalah nikotin yang mengandung zat adiktif  dan tar yang merupakan zat karsinogenik. Mengenai “tulisan” dalam sampul rokok yang mengatakan “rokok dapat menyebabkan kanker”, itu karena hasil dari racun dan karsinogenik yang muncul dari hasil pembakaran tembakau itu sendiri (sumber : agoesramdhanie.wordpress.com).
Untuk mematahkan pernyataan yang mengatakan rokok dapat menenangkan pikiran, menambah kecerdasan, dan menunda rasa lapar (sehingga biasanya orang lebih mementingkan rokok daripada makan), masih dalm situs  yang sama dikatakan bahwa hal tersebut merupakan dampak dari nikotin yang kandungannya masuk ke dalam sirkulasi darah dan sampai ke otak manusia dalam waktu 15 detik saja setelah tembakau dibakar. Kemudian nikotin tersebut berlanjut dan diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian memilahnya menjadi dua jalur, jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan inilah, perokok akan memperoleh “imbalan” berupa perasaan lebih tenang dan nikmat, pikiran “serasa” lebih cemerlang, dan juga keadaan lapar yang serasa dapat ditekan (inilah yang menyebabkan orang memilih tidak makan daripada tidak merokok). Selanjutnya pada jalur adrenergik (adrenergik sendiri dalam istilah kedokteran berarti diaktifkan atau disekresi oleh organ serupa), zat ini akan membuat sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin menjadi aktif. Serotonin yang meningkat akan menimbulkan rangsangan rasa senang yang berdanpak pada kecanduan si perokok (keinginan mendapatkan rokok lagi). Itu juga yang menyebabkan perasaan nikmat pada si perokok berkurang ketika tidak merokok.
Kemudian untuk memperkuat, ternyata rokok melalui zat – zat yang dikandungnya berdampak buruk bagi kepribadian.Mereka (perokok) yang mengatakan rokok dapat membuat mereka lebih percaya diri, tidak melihat atau bahkan menyadari sisi lain dari dampak konsumsi rokok mereka. Bagaimana bisa? Dalam situs blog yang sama dikatakan tipe – tipe perokok ternyata mempengaruhi perilaku perokok tersebut. Misalnya orang yang biasa merokok di tempat homogen (artinya bersama teman – teman atau perokok lainnya), mempunyai kepribadian yang cenderung menghargai mereka yang tidak merokok, mereka hanya merekok di smoking area. Adapun mereka yang biasa merokok di tempat – tempat heterogen (bercampur dengan non-perokok) umumnya mereka adalah orang – orang yang tidak memerdulikan keadaan orang lain yang tidak menyukai mereka. Mereka juga menunjukkan sikap ketidak pedulian mereka dengan merokok dimanapun bahkan di depan anak kecil, ibu hamil atau membawa bayi.  Sikap seperti ini biasanya diperparah dengan sikap penolakan keras mereka ketika mereka diminta untuk mematikan rokok, misalnya “memangnya ada masalah?” dengan nada tinggi.
 Selanjutnya untuk mematahkan pernyataan mengenai harga tembakau yang selalu menguntungkan petani, ini terjawab dengan keberadaaan komoditi lain yang sebenarnya jauh lebih menguntungkan petani. Cabe misalnya. Harga komoditi yang satu ini sering sekali mengalami kenaikan, apalagi ketika memasuki hari raya. Harga cabe lebih cenderung naik atau berada di level menguntungkan. Selain itu karena termasuk bahan yang sangat penting bagi keaslian rasa masakan Indonesia, walau harga setinggi apapun, tetap saja cabe mempunyai pembeli – pembeli yang setia. Selain cabe, Beras juga bisa sangat menguntungkan petani. Selain keuntungan pribadi, banyaknya petani yang menanam padi juga akan sangat membantu perekonomian negeri ini secara keseluruhan. Banyaknya beras impor yang masuk dan juga merupakan dampak dari produksi beras dalam negeri yang minim, mnyebabkan para petani padi yang jumlahnya semakin sedikit saat ini menjadi berkurang penghasilannya. Coba kita pikirkan. Seandainya banyak petani tembakau yang berpindah pada bertani padi yang merupakan makanan pokok itu, maka negara tidakakan kekurangan pasokan beras, sehingga tidak harus mengimpor dan berdampak pada penghematan anggaran belanja negara. Petani padi tidak usah khawatir akan kekurangan pembeli, selama masyarakat masih menjadikan nasi sebagai makanan pokok, maka selama itu pula beras akan laku dipasaran.
Mengenai masalah pemberian beasiswa oleh pabrik – pabrik rokok kepada pelajar/mahasiswa dan atlet – atlet, ini haruslah mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pemerintah yang mengiyakan partisiapasi pabrik rokok (yang dinilai bagian dari pembangunan), harus menyadari bahwa rokok itu adalah salah satu faktor yang membuat perekonomian merosot. Dalam sebuah penelitian sederhana yang penulis lakukan, 2 dari 13 responden mengatakan rokok menyebabkan kesehatan masyarakat bahkan angka harapan hidupnya menurun yang berdampak pula pada merosotnya produktifitas mereka, dan sisa dari sebagian besar responden setuju rokok merusak kesehatan dan menghambat produktifitas kerja masyarakat . Dan mengenai pernyataan bahwa pabrik rokok adalah sumber pendapatan negara yang tidak boleh diremehkan (“terbesar”), hal ini dipatahkan oleh Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau Widyastuti Soerojo dalam sumber yang sama (Kompas) mengatakan bahwa menurutnya pemerintah hanya beralasan saja dan beliaupun memperkuat pernyataannya dengan data dari APBN dan Dirjen Cukai yang dikutip oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), cukai tembakau hanya menyumbang lima persen dari APBN  tahun 1997-2007.
Intinya adalah sebagian besar dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan dan pertumbuhan rokok dan pabrik rokok di Indonesia adalah negatif, sangat sedikit sekali kepositifannya. Dari hasil yang saya dapat dari responden melalui penelitian sederhana adalah sebagian besar mereka (walaupun menyetujui bahwa perusahaan rokok memepunyai andil untuk kemajuan negeri) setuju agar keeksisan pabrik rokok di Indonesia dihentikan dan petani tembakau “bermigrasi” ke komoditi tanam yang lebih baik, menyangkut kerugian yang ditimbulkan rokok dalam bidang kesehatan dan mental bangsa yang jauh lebih besar (terlepas mereka perokok atau bukan).
Karena sebagian besar yang ditimbulkan rokok adalah “tantangan” dan sangat sedikit sekali keuntungannya untuk negeri ini, akan lebih baik masyarakat mulai menyadari bahwa tidak seharusnya kita menggantungkan “hidup” secara langsung ataupun tidak pada rokok dan pabrik rokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar