Sabtu, 18 Desember 2010

Autobiografi

AUTOBIOGRAFI
 Ditulis pada tahun 2009 untuk kepentingan tugas

Siti Jamaliah. Lahir di Lhokseumawe, 28 Mei 1991. Bungsu dari delapan bersaudara ini mempunyai hobi membaca dan bernyanyi yang normalnya jauh dari kesan keakhwatan ini. Tetapi dengan bernyanyi ia merasa bisa menjadi dirinya sendiri dan menjadi sarana ekspresi diri. Ia juga sangat gemar membaca mulai dari artikel, cerpen, sampai novel. Kegemarannya ini biasanya menghasilkan imajinasi dan motivasi tersendiri yang timbul dari setiap buku yang dibaca. Terkadang ia bisa berbelok arah karena buku, kearah lebih baik tentunya. Hobi yang selalu dilakoninya sejak dulu adalah mendengarkan musik dan membrowsing lirik yang kemudian dinyanyikan sampai hafal, sangat berkesinambungan dengan hobinya bernyanyi. Kekuatan dan semangat kadang timbul dari semua hobinya ini.
Dari dulu dia mempunyai cita – cita dan mimpi yang menurut sebagian besar orang diserkelilingnya terlalu tinggi untuk ukuran orang Indonesia. Waktu kecil seperti kebanyakan mimpi ank kecil ia bercita – cita menjadi pilot. Kemudian pramugari. Setelah beberapa tahun di SD, ia bercita – cita menjadi astronot karena kecintaannya pada keluarangkasaan pada waktu itu hingga sekarang sebenarnya. Semakin tinggi pendidikan , semakin banyak pula ilmu yang didapat dan semakin berkembang pula pola pikirnya. Ketika kelas 5 SD ia ditunjuk mewakili sekolahnya dalam olimpiade kota pada bahasa Indonesia. Kemampuannya berbicara dan kegemarannya berdebat membuat dia semakin mencintai bahasa Indonesia. Kemampuannya memaknai ungkapan melalui imajinasi, membuat dia semakin yakin untuk menjadi seorang sastrawan. Cita – cita itu bertahan sampai ia berada di bangku SMP. Berdebat dan berbicara meruapakn hal yang terus saja ia gemari sampai SMA, yang kemudian membawanya untuk berfikir menjadi seorang pengacara, yang sebenarnya juga adalah cita – cita rekomendasi dari teman – teman sekolahnya. Namun seiring berjalannya waktu pergaulannya semakin luas. Ia yang memutuskan untuk berkerudung mulai detik – detik kelulusan SMP, memilih RISMA (Remaja Islam Mesjid Al – Muhsinin) sebagai ekskul yang setiap hari bahkan setiap waktu membuatnya dekat dengan hal – hal berbau keagamaan. Pergaulannya dengan banyak akhwat membawanya menjadi ABG (Akhwat Berjilbab Gede menurut salah seorang guru disebuah SMP tempatnya mengisi kajian kecil - kecilan) yang kemudian melahirkan hobi baru untuknya. Memperdalam Al – Qur’an, yang kemudian juga membuat dia menambahkan dan tepatnya menjadikan Ahli Tafsir sebagai cita – citanya yang paling utama. Dengan cita – cita ini ia berharap bisa menjawab semua pertanyaan yang timbul dalm dirinya mengenai perbedaan pendapat mengenai hukum – hukum dalam agamanya. Cita – citanya ini mendorong dan mengharuskan ia untuk dapat menjadi seorang hafidzah atau orang yang hafal Qur’an.
Darah Acehnya yang asli dan kental membuat mahsiswa semester satu Program Studi Arab Universitas Indonesia ini  sangat getol dan gigih jika berdebat mengenai kebudayaan daerahnya. Ia diajarkan untuk selalu menjunjung tinggi warisan budayanya meski berada dimanapu. Walaupun ia hanya tinggal kurang lebih lima tahun di Aceh yang kemudian merantau mengikuti orangtuanya sampai dewasa tetapi keacehannya tetap tertanam kuat dalam sanubarinya. Semuanya karena orangtuanya yang selalu membimbingnya mencintai dan terus menanamkan budaya aslinya sejak ia kecil.
 Masa – masa sekolah adalah masa dimana ia benar – benar mendapat gemblengan. Dari berbagai organisasi yang diikutinya membuat mentalnya semakin kuat. Tantangan – tantangan yang dihadapi mulai dari guru – guru yang tidak respect  padanya karena menurut mereka ia terlalu bawel dan teman – teman yang selalu menindasnya dan sebagian mereka menganggapnya over acting karena kekritisannya. Semakin keras tantangan yang diterimanya semakin membuat dia dapat berdiri dengan tegar dan tegas.
Dukungan dari keluarga dan sahabat – sahabatnya di RISMA yang selalu memotivasinya untuk bangkit dari keterpurukan. Merekalah yang selalu mengusap air mata dan peluh keluhnya dengan kelembutan cinta karena Allah. Mereka yang membuat ia tersenyum ketika sedang gundah, membuatnya tertawa ketika menangis dan melapangkannya ketika sedang gelisah. Mereka adalah perantara kekuatan cinta Allah untuknya. Ia selalu merasa bahagia bila di dekat mereka. Kebahagiaan yang timbul atas dasar ukhuwah cinta pada – Nya.
Selama ia bersekolah tidak pernah dalam sejarahnya bersekolah ia bebas dari orang – orang yang membencinya. Ia selalu mempunyai musuh. Bahkan semenjak SD. Semua teman – teman satu ganknya sebenarnya tidak benar – benar tulus berteman dengannya. Malah ia hanya dijadikan alat untuk kesenangan mereka semata. Malah ia sering sekali dijadikan pesuruh, bahkan tak jarang temannya memberinya upah. Apakah itu teman?
Permusuhannya dengan teman – teman laki – laki yang juga membentuk gank sendiri yang sebenarnya adalah permusuhan antara gank perempuan – perempuan dan merasa “cantik” . Dari sinilah pribadinya makin terbentuk. Ia semakin menjadi pembangkang. Ia semakin berani melawan teman laki – lakinya, walaupun pada akhirnya ia menangis. Tetapi ia selalu bangga karena mampu mengalahkan rasa takutnya.
Pernah suatu hari ia dihadang pada waktu pulang sekolah oleh gank itu karena dianggap ganknyalah penyebab kepergian salah satu anggota gank mereka keluar kota dan pindah sekolah. Ketika itu teman – teman se ganknya meninggalkannya sendiri. Dan ia harus menghadapi anak – anak laki – laki itu sendiri. Mereka benar – benar marah dan mengintrogasinya. Sampai kemudian salah seorang teman dalam ganknya membawanya pulang kerumahnya.
Di SMP ia pun kembali bermusuhan dengan anak laki – laki. Bermula saat salah satu guru bahasa Indonesia yang selalu memujinya. Dan anak laki – laki yang dianggap pintar di kelas menjadi cemburu dan menjadi membencinya.  Kemudian mereka menjadi rival. Dan sering kali beradu argumen, mulut dan juga fisik. Walaupun hanya ringan. Tapi seperti biasa ia tidak pernah mau mengalah walaupun dengan laki – laki. Permusuhan ini berlangsung sampai mereka SMA bahkan bisa dibilang sampai sekarang perang dingin terjadi.
Di SMA ia mendapat pelajaran yang sangat berharga tentang kehidupan. Kebiasaan buruknya sedari SD yang tidak dapt dihilangkannya adalah terlambat. Di sekolahnya setiap hari ada kegiatan apel pagi yang lama kelamaan menjadi tradisi dan ciri khas sekolahnya dan mengharuskan semua murid untuk datang pagi ke sekolah. Ketika di sekolah lain, khususnya di Cilegon jam masuk dimulai pukul 07.00 atau jam 08.00, di sekolahnya sudah mulai diterapkan aturan masuk pukul 06.45. Bagi seorang Siti itu adalah hal yang sulit, sangat sulit. Sering kali ia dihukum karena kebiasaan buruknya ini. Sampai semua guru dan petugas hafal dengan wajahnya, sehingga ia tidak dapat berkelit atau memberi alasan tentang keterlambatannya. Dan setumpuk ancaman yang selalu diterimanya membuat ia semakin kebal. Hukuman dan ceramah dari Tim Ketertiban hanya dianggap angin lalu, karena tidak memeberikan perubahan dalam dirinya. Ia selaluy berusaha untuk bangun pagi dan tidak terlambat. Tetapi da saja rintangan, hambatan, dan gangguan yang datang dari dalam dan luar dirinya bmembuat dia terlambat. Sakit perutlah ketika siap berangkat. Atau angkot yang ngetem terlalu lama. Sangat lama. Dan dia selalu bingung dengan dirinya. Bangun pagi bahkan sangat pagi. Ia sering bangun pukul 03.00 sampai 04.00 tetapi mengapa masih sering terlambat? Itu yang menjadi pertanyaan yang menurutnya sangat berat mencari solusinya. Ia selalu ingin berubah menjadi lebih baik. Ia selalu kesal mendengar orang yang menurutnya hanya bisa memberikan teori. Teori manajemen waktulah. AH! Omong kosong, tidak ada perubahan dalam dirinya setiap kali ia mengikuti seminar dan semacamnya tentang manajemen waktu.
 Sampai ketika UN (Ujian Nasional)pun ia pernah terlambat, walaupun berusaha untuk beberapa hari tidak terlambat, tetapi tetap saja halangan itu pasti ada. Kemudian ia berjanji dalam hati untuk benar – benar bisa berubah. Ia berdo’a (walaupun sebelumnya juga biasa dilakukannya, mungkin karena tidak serius makanya sulit terkabul) untuk benar – benar dapat berdisiplin.
Kemudian di bangku kuliah, karena menurutnya ini adalah langkah awalnya untuk berubah ia berusaha untuk sebisa mungkin dapat bertahan tidak terlambat. Dan sampai saat ini ia masih berusaha. Mari kita mendo’akan agar usahanya benar – benar meraih hasil yang terbaik. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar